Berita Terbaru
Loading...
Senin, 17 Januari 2011

“ Tauladan “

Senin, Januari 17, 2011
       Salah satu cara mendidik adalah dengan tauladan atau role model. Karena ada kaidah perbuatan lebih dapat diterima daripada ucapan. Di jaman yang bebas berbicara ini orang sudah terbiasa mendengar pembicaraan yang indah, memikat, meotivasi, menggelitik dan kadang nyaris hanya permainan kata atau retorika. Dari sekedar gagasan sampai dengan kebohongan, yang terus disajikan berulang-ulang melaui media cetak maupun media elektronik. Masyarakat disajikan dengan berbagai pilihan informasi, jika kurang hati-hati bisa terjebak oleh promosi atau bahkan mungkin saja propokasi.
       Idealnya sebuah informasi yang baik adalah dilengkapi dengan contoh nyata atau saat ini kita lebih akrab dengan istilah testimony (bukti nyata). Untuk masyarakat yang sudah jenuh dengan informasi yang sifatnya sekedar ide bahkan rumpi, mereka akan lebih percaya dengan bukti nyata. Bukti atau contoh akan memotivasi bagi orang yang ragu dalam mengambil keputusan, akan memberikan rasa percaya bagi orang yang trauma akibat kebohongan atau kegagalan, menguatkan sebuah instruksi atau perintah.
       Dalam Tareh Islam peristiwa yang menandai betapa contoh menjadi pemicu untuk diikuti dari pada instruksi menggunakan kata-kata terjadi pada peristiwa perjanjian Hudaibiah. Dalam perjanjian antara orang Iman dan orang kafir Quraisy yang tampaknya saat itu pihak orang Iman jadi pihak yang dirugikan. Saat itu orang Iman dilarang pihak kafir Quraisy untuk melaksanakan haji, sehingga orang iman saat itu hanya sampai ke tanah Hudaibiah. Rosululloh memerintahkan pada orang Iman agar menyembilih untanya dan mencukur rambutnya, perintah disampaikan secara lisan dalam tiga kali ucapan. Namun saat itu tak ada satupun orang Iman yang segera meleksanakan perintah Rosulullah. Dalam keadaan demikian Rosululloh meninggalkan mereka dan masuk Tenda menemui Umi Salamah, menyampaikan kejadian yang dialaminya barusan saja. Kemudian Umi Salamah menyrankan pada Nabi untuk tidak mengucapkan sepatah katapun, melainkan mengerjakannya. Setelah itu Rosulullahpun melakukan saran dari Umi Salamah tersebut, Beliau menyukur rambutnya dan memotong ontanya. Setelah itu barulah orang Iman mengikuti kelakuan Rosululloh tersebut.
Dalam peristiwa Tareh tersebut walaupun peristiwanya khusus dimana saat itu orang beriman dalam kekecewaan dimana mereka terhambat niat berangkat ibadah hajinya ke Mekah, sehingga kemungkinan hal ini yang mengakibatkan mereka bereaksi lambat ketika Rosululloh memberikan perintah. Namun contoh ini juga berlaku untuk perilaku lainnya. Rosululloh menasehatkan agar selalu memulai dari diri sendiri, “ibda binafsih”. Dalam lingkup motivasi istilah integritas menjadi tuntutan bagi orang yang berkeinginan sukses, baik sukses melaksanakan idenya, maupun sukses membentuk perilaku orang lain sesuai target yang diinginkan, misalnya seorang pimpinan yang mengharapkan anak buahnya bekerja untuk disiplin maka yang harus bekerja disiplin adalah dimulai dari diri sendiri. Jika orang tua menginginkan anaknya rajin solat maka yang pertama kali rajin solat adalah orang tua itu sendiri. Peminpin, pendidik, tokoh agama dan orang tua adalah mereka yang diharapkan menjadi Tauladan, agar dapat membentuk suasana yang kondusif untuk perubahan perilaku bagi didikannya.

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis pertanyaan, Kritik dan saran anda.