Berita Terbaru
Loading...
Minggu, 09 Januari 2011

Nikah Yuuk

Minggu, Januari 09, 2011
Teman saya yang belum nikah pernah berkata, "Saya takut menikah karena belum tentu sanggup menjadi seorang suami yang baik".
Trus ada lagi teman saya yang lain, yang udah nikah mengatakan, "Menikah itu enaknya cuma 10%. Selebihnya, waduuuh... uweeenak sekali..." walaaah....opo iyo to...

Tapi kalo dipikir-pikir... Kedua pendapat diatas kayaknya sama benarnya... karena masing-masing punya sudut pandang sendiri.

Bagi yang udah pada nikah kebanyakan berpendapat bahwa menikah itu indah... menyenangkan... dan menenteramkan jiwa... uhuuuy...

Lalu,bagi yang belum nikah, mereka kerap dihantui kekhawatiran bahwa menikah itu sesuatu yang menakutkan, berat, penuh tantangan dan butuh biaya besar... iiihhh...serreeeem....
Mereka yang berpendapat kayak gitu ya jangan disalahin... Karena mereka sendiri belum menjalaninya...iya to...

Terlepas dari perbedaan diatas, pernikahan memang suatu hal yang harus DISEGERAKAN. Bahkan Rasulullah SAW dengan tegas mengultimatum agar cowok-cowok yang udah sanggup menikah untuk buruan melaksanakannya (hadits Ahmad).

Pernikahan bukan hanya bertujuan untuk menghindarkan diri dari kancah maksiat, tetapi juga sebagai sarana dakwah sosial atau amar ma’ruf.
Ketika menikahi seorang wanita - untuk yang pertama kali, kedua, ketiga, atau keempat - seorang laki-laki telah memutar roda dakwah dengan mengeluarkannya dari image buruk...

Pernikahan insya Allah akan dapat diwujudkan jika dalam diri seseorang (terutama bagi yang belum nikah atau yang udah nikah trus mau "NB"...ehm..) mengemuka empat faktor yang disebut-sebut sebagai "Falsafah Pernikahan". Keempat hal itu meliputi : niat, tekat, nekat dan dokat(duit).

Pertama, NIAT. Niat merupakan kuncinya ibadah... Baik buruknya hasil suatu pekerjaan sangat tergantung pada niatnya, demikian dikatakan Rasulullah SAW dalam hadits Nasa’i.

Niatlah yang awalnya menggerakkan kita untuk mengerjakan sesuatu. Niat yang disertai dengan komitmen dan tanggungjawab. Sesiap apapun tapi belum berani berkomitmen dan bertanggungjawab, niat untuk menikah akan kembali mentah seperti semula.

Takut berkomitmen dan punya tanggungjawab membuat sebagian orang enggan menikah pada saat yang sudah seharusnya.Karena itu, pernikahan hendaknya didahului oleh niat semata-mata mengharap ridho Allah untuk membentuk rumah tangga idaman, harmonis dan romantis, sakinah mawaddah wa rahmah.

Dengan niat yang ikhlas (tidak hanya mengedepankan dorongan nafsu), insya Allah pernikahan akan membawa rahmat yang menyuguhkan ketenteraman tiada tara.

Kedua,TEKAT. Niat saja belum cukup bila tidak dibarengi dengan tekat. Tekat merupakan kesungguh-sungguhan untuk melaksanakan niat dimaksud.

Tekat mendorong seseorang untuk mencapai kehendak hatinya, meskipun dalam pelaksanaannya berhadapan dengan berbagai tantangan. Kalau seseorang telah bertekat menikah, sebenarnya tidak ada lagi alasan yang bisa menghalanginya.

Tetapi kenyataan yang selama ini terjadi, yang telah menjadi fenomena di kalangan bujangan adalah keragu-raguan, pikir yang terlalu panjang dan kecemasan prematur yang sengaja ditumbuhkembangkan. Akibatnya tekat yang seharusnya menjadi motor malah kalah duluan.

Ketiga, NEKAT. Supaya tekat dapat diwujudkan menjadi sesuatu yang nyata, maka perlu kenekatan. Islam insyaAllah tidak akan menyebar jika tidak ada kenekatan Rasulullah dan pengikut-pengikutnya untuk mendakwahkannya di tengah-tengah kaum kafir Quraisy jahiliyah.

Republik ini pun insyaAllah tidak akan merdeka jika tidak ada kenekatan para pejuang melawan moncong senapan Belanda dengan bambu runcing. Begitu pula, kita yang hidup hari ini pasti tidak akan ada jika saja ibu dan bapak kita dulu tidak nekat untuk menikah.

Itulah sekedar contoh. Ternyata nekat itu membawa pengaruh yang signifikan bagi perubahan. Tentu saja dalam konteks ini adalah nekat yang masih dalam koridor syariat. Nekat yang penuh perhitungan. Bukan nekat-nekatan.

Karena itu, agaknya pernikahan akan terlaksana kalau calon pengantinnya (terutama yang laki-laki) memiliki kenekatan spiritualitas demi menjaga diri dari maksiat dan "menyelamatkan" saudara-saudara perempuan kita yang "menunggu

Keempat, DOKAT (duit). Pernikahan lazimnya membutuhkan biaya. Untuk itu ketiga hal di atas perlu ditopang dengan yang keempat ini. Setidaknya untuk mas kawin dan biaya pernikahannya. Terlalu naif rasanya bila biaya mas kawin dihutang - walaupun dihalalkan - atau dibebankan pada seseorang.

Nah, ketika bicara tentang uang ini, janganlah pikiran kita membayangkan bahwa pernikahan itu mahal. Butuh biaya besar. Bahkan ada beberapa teman yang mengatakan, "Nikahnya sih gampang, ‘iuran’ bulanannya yang gak kuat.." atau "amma ba'du-nya itu lho...."

Ya ndak gitu laah... Ingat kisah sahabat Rasulullah yang bisa menikah hanya dengan mas kawin hafalan surat Al Ikhlas. Selain itu coba "deres" kembali Al Qur’an :

"Dan tidak ada suatu makhluk pun di muka bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya.." Surat Hud ayat 6.

"Dan menikahlah dengan orang-orang yang sendirian (bujang) diantara kalian, dan orang-orang yang sholih dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki, dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan mencukupi mereka dengan kefadholan Allah.." Surat Annur ayat 32.

Dan hadits Rasulullah :
"Ada tiga golongan yang pasti mendapatkan pertolongan Allah : pertama, orang yang membela agama agama Allah, kedua, orang yang menikah dengan niat menjaga agamanya, ketiga, budak mukatab yang ingin menebus dirinya agar merdeka dengan cara mengangsur" Hadits Riwayat Nasa’i juz 6

"Mencarilah rizqi dengan (melalui) pernikahan" Hadits Riwayat Dailami dalam musnad Firdaus.

Jelas sudah.. hayuu... siapa yang masih meragukan dalil-dalil diatas...

Beberapa ulama kita menjelaskan dengan doktrinnya, "Yang membagi rizqi itu Allah, tidak usah memikirkan pekerjaan Allah itu, malah pusing sendiri... harus yakin dengan dalil..."

Besar kecilnya biaya pernikahan itu tergantung bagaimana kita bisa menyiasatinya. Artinya, pernikahan akan menjadi berat kalau dipandang sebagai beban, dan akan menakutkan kalau dikaji-kaji rekapitulasi biayanya, apalagi bagi yang belum punya penghasilan tetap.
Jadi, persepsikanlah pernikahan sebagai ibadah yang menyenangkan.

Siapa yang masih ingat lirik lagu Doel Sumbang yang ngetop di era 90an :

Jangan berkata tidak bila kau jatuh cinta
Terus terang sajalah buat apa berdusta
Cinta itu anugerah maka berbahagialah
Sebab kita sengsara bila tak punya cinta

Rintangan pasti datang menghadang
Cobaan pasti datang menghujam
Namun yakinlah bahwa cinta itu kan membuatmu
Mengerti akan arti kehidupan

Marilah sayang.. Mari sirami
Cinta yang tumbuh di dalam diri
Marilah sayang.. Mari sirami
Agar merekah sepanjang hari

Saudaraku... ada pihak yang tidak setuju, bahkan sangat menentang pernikahan dan menjunjung tinggi perzinahan! Menentang poligami dan melegalkan perselingkuhan! MasyaAllaah..!!!
Siapa lagi kalo bukan Prof.Dr.Iblis Sarjana Hukum... Musuh besar manusia!!

Pernikahan dapat mengguncang seluruh kerajaan Iblis dengan kekuatan 50 skala richter....,
sampai mereka berteriak "Celaka..!!! anak cucu Adam telah terjaga dua pertiga agamanya dari godaanku…!!!"

Pernikahan menjadi bencana besar bagi Iblis... Maka sudah semestinya jika Iblis berjuang mati-matian untuk menghalangi manusia agar tidak segera menikah, mengelabui pikiran manusia dengan bayangan-bayangan menakutkan, perhitungan-perhitungan yang "njlimet" sehingga manusia enggan untuk menikah.

Bulatkan tekat, BISMILLAH... saya akan menikah demi menjaga agama saya, Allah pasti menolong...
Sholat hajat dan istikharah, minta petunjuk kepada Allah agar menemukan jodoh yang barokah...

Memang jodoh itu qodar. Maka berdoalah dan berusaha…
Jangan hanya pasrah pada Lembaga Qodar... ehm...

Semoga Allah paring Barokah

"BAGI YANG BELUM DAN SUDAH SIAP NIKAH
AYO!!! TUNGGU APA LAGI!!"

0 komentar:

Posting Komentar

silahkan tulis pertanyaan, Kritik dan saran anda.